Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Thalita Mountain Resort, Puncak Jawa Barat, Merupakan Salah Satu Eco-Building di Indonesia

Gambar
Thalita Resort telah menerapkan ekologi pada kawasan agrowisatanya, khususnya dilihat dari segi ilmu arsitektur. Material yang banyak dipakai merupakan jenis material yang dapat dikembalikan kembali pada lingkungan. Dilihat dari segi pencahayaan dan pengudaraan ruangannya memang mengarah pada alam, dengan letak orientasi bangunan yang dominan menghadap selatan menjadi pusat view melihat pemandangan dan juga bangunan yang menghadap selatan merupakan kemampuan yang paling baik dalam menahan panas. Material Bangunan Material bahan bangunan merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk diteliti tingkat ke eko-arsitekturannya karena sangat berpengaruh dengan lingkungan sekitarnya yang dapat dipandang sebagai suatu keindahan dan dapat memberikan citra dan langgam terhadap bangunan. Material bahan bangunan yang dikatakan sehat memiliki 3 faktor penting diantaranya pengaruh waktu, pengaruh energi, dan pengaruh penyegaran udara. Gambar  6 penerapan batu a

ECO-ARCHITECTURE

Eco-Architecture atau Arsitektur Ekologis  merupakan pembangunan berwawasan lingkungan, dimana memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Info lingkungan kualitas arsitektur biasanya sulit diukur, garis batas antara arsitektur yang bermutu dan yang tidak bermutu. Kualitas arsitektur biasanya hanya memperhatikan bentuk bangunan dan konstruksinya, tetapi mengabaikan yang dirasakan sipengguna dan kualitas hidupnya. MANFAAT DARI ECO-ARCHITECTURE 1. Manfaat Lingkungan: Mengurangi pemborosan air Melestarikan sumber daya alam Memperbaiki kualitas air Melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem Manfaat bagi lingkungan dari  eco-architecture  sangat penting. Bangunan hijau mempromosikan dan melindungi ekosistem dan keanekaragaman hayati, meningkatkan kualitas udara dan air, mengurangi limbah padat dan melestarikan sumber daya alam. Menurut USGBC, bila dibandingkan dengan bangunan komersial yang dibangun secara konvensional, bangunan hijau menggunakan energi 26 persen lebih